Senin, 23 Mei 2016
Rabu, 18 Mei 2016
Makalah Pengetahuan Bahan Pangan "Karakteristik dan Pengolahan Wortel"
TUGAS
PENGETAHUAN BAHAN PANGAN
“KARAKTERISTIK
DAN PENGOLAHAN WORTEL”
NO.
|
NAMA KELOMPOK
|
NPM
|
1
|
YASINDA H
|
1533010002
|
2
|
RAHARDIAN A
|
1533010005
|
3
|
NATASHA A
|
1533010015
|
4
|
EKA YUNITA VIVIANA
|
1533010046
|
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
TAHUN
PELAJARAN 2015-2016
BAB I
LATAR BELAKANG
Istilah sayuran
biasanya digunakan untuk merujuk pada tunas, daun, buah, dan akar tanaman lunak
dan dapat dimakan sebagian atau secara utuh, segar atau mentah atau dimasak,
sebagai pelengkap pada makanan berpati dan daging (Williams et al.,
1993). Sayuran merupakan penyeimbang diet, memasok protein, vitamin, mineral,
energi, dan serat yang dibutuhkan setiap orang. Sayuran juga banyak mengandung
komponen-komponen bioaktif seperti flavonoid. Berdasarkan bagian tanamannya
sayuran digolongkan menjadi sayuran umbi, sayuran buah, sayuran daun, sayuran
batang muda, sayuran bunga, sayuran tangkai daun dan sayuran kecambah. Setiap
jenis sayur dan varietas sayuran mempunyai warna, rasa aroma, dan kekerasan
yang berbeda, sehingga dapat menambah variasi pada hidangan (Muchtadi, 2000).
Wortel merupakan jenis
komoditi yang banyak mengandung beta karoten. Di dalam tubuh, beta karoten
tersebut akan diubah menjadi vitamin A yang berguna untuk meningkatkan
imunitas, menjaga kesehatan mata, tulang, gigi, kulit, alat reproduksi serta
menjaga pertumbuhan sel. Selain itu wortel adalah produk yang mudah rusak. Oleh
karena itu melalui aplikasi teknologi pengawetan diolah menjadi sari wortel. Produk sari wortel
belum diketahui umur simpannya dimana produk ini masih dapat diterima oleh
konsumen (Muchtadi, 2000)
Menurut Novary (1999)
manfaat sayuran terdiri dari empat hal yaitu sebagai sumber vitamin dan
mineral, untuk memelihara kesehatan tubuh, mengontrol berat badan dan menunda
proses penuaan. Sayuran tidak hanya untuk dihidangkan dalam menu masakan,
tetapi juga dapat bermanfaat sebagai penambah citarasa misalnya bawang merah,
bawang putih, bawang bombay dan bawang daun; sebagai sentuhan akhir pada suatu
hidangan misalnya potongan tomat di atas sepiring nasi goreng; serta sebagai
pelengkap ataupenghias penyajian (garnish) misalnya ukiran bunga dari
tomat atau bentuk cincin dari cabai.
Di antara banyak contoh
sayuran wortel tergolong sayuran umbi. Farida (2004) menyatakan penggunaan
wortel dapat menambah kandungan serat pangan dalam produk beku siap saji.
Produk beku siap saji dengan komposisi bayam (20%), wortel (30%), daging ayam
(23,3%), pati sagu (11,7%) dan bumbu-bumbu (15%) memiliki kandungan serat
pangan tidak larut, serat pangan larut dan total serat pangan masing-masing
sebesar 1,99%, 0,16%, dan 2,15% (Lestariningsih, 2004). Menurut Farida (2004)
produk beku siap saji dengan komposisi pasta ikan patin (19%), campuran bayam
dan wortel (%) tapioka (19% dan bumbu-bumbu (12%) memiliki kadar serat pangan
tidak larut sebesar 2,77%, serat pangan larut sebesar 0,56% dan total serat
pangan sebesar 3,34% (Muchtadi, 2000)
Wortel (Daucus carota
L.) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna kuning kemerahan
atau jingga kekuningan dengan tekstur serupa kayu (Malasari 2005). Bagian yang
dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Tanaman ini
menyimpan cadangan makanan di dalam umbi. Batangnya pendek, memiliki akar
tunggang yang bentuk dan fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang.
Kulit umbi wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak manis
(Makmun 2007).
Wortel (Daucuscarota L.) merupakan tanaman yang dapat ditanam
sepanjang tahun. Sayuran ini banyak
diminati masyarakat karena harganya yang relative murah, rasanya enak dan
mudah dalam pengolahannya baik dikonsumsi
sendiri maupun dengan dicampur dalam berbagai variasi makanan maupun minuman. Selain itu, wortel juga kaya akan vitamin dan
mineral yang baik untuk kesehatan tubuh, termasuk β-karoten
yang dapat berperan dalam pencegahan kanker, karena sifat antioksi dan yang melawan kerja destruktif sel-sel kanker.
β-karoten juga membantu dalam system kekebalan tubuh dan kesehatan
mata
(DRI dalam Apriantini,
2009).
Wortel
merupakan salah satu jenis
tanaman sayuran yang dapat digunakan untuk membuat bermacam-macam masakan, misalnya sup,
capcai, bistik, kari, dan
mie.
Umbi wortel memiliki rasa enak, renyah,
dan agak manis, sehinggga disukai oleh masyarakat. Umbi wortel
juga dapat digunakan dalam industry pangan untuk diolah menjadi bentuk olahan, misalnya minuman sari umbi wortel, chips wortel, manisan, dan jus
wortel. Selain itu, umbi wortel dapat berfungsi sebagai bahan pewarna pangan alami (dalam bentuk tepung umbi) (Cahyono, 2002).
Varietas-varietas wortel dibagi dalam tiga kelompok
yang didasarkan
pada
bentuk
umbi, yaitu
sebagai
berikut (Cahyono, 2002 danSoewito, 1991):
1) Tipe imperator, memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung meruncing (menyerupai kerucut), panjang umbi 20 – 30 cm, dan rasa kurang
manis sehingga kurang disukai oleh konsumen.
2) Tipe chantenang memiliki umbi akar berbentuk bulat panjang Dengan ujung tumpul, panjang antara 15 – 20 cm, dan rasa yang manis sehingga disukai konsumen, biasanya tidak memiliki akar serabut.
3)
Jenis nantes memiliki umbi berbentuk peralihan antara tipe
imperator dan
chantenang, yaitu bulat pendek dengan ukuran panjang 5 – 6 cm atau bulat agak panjang dengan ukuran panjang 10 –
15 cm.
Dalam penelitian yang
akan dilakukan pada sari wortel akan digunakan metode Accelerated Shelf Life Test (ASLT). Dengan menggunakan metode ini
akan dapat diketahui umur simpan dari produk pangan dengan waktu yang relatif
singkat, tanpa harus menunggu umur simpan produk pada kondisi yang normal.
Asumsi dasar dari Accelerated Shelf Life
Test (ASLT) menyatakan bahwa kinetika kimia dapat diaplikasikan untuk
menghitung pengaruh faktor ekstrinsik seperti suhu, kelembaban, atmosfir gas,
dan sinar pada kecepatan reaksi kerusakan. Kecepatan kerusakan bahan akan
dipercepat dengan menempatkan bahan pada
lingkungan terkontrol dimana satu atau lebih faktor ekstrinsik dijaga pada
level yang lebih tinggi daripada kondisi normal. Hal ini akan mengakibatkan
waktu kerusakan produk akan lebih pendek daripada kondisi normal untuk
kerusakan produk.
Umur simpan sari wortel
yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan cara pemasaran yang paling
sesuai. Dari penentuan umur simpan sari wortel maka diperoleh cara penyimpanan
yang direkomensadikan. Setelah mengetahui cara penyimpanan yang terbaik, maka
dapat ditentukan biaya penyimpanan sari wortel selama proses pemasaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.
1 Sayuran
2. 1. 1 Definisi
Sayuran
Sayuran merupakan bahan makanan pokok yang besar
sekali manfaatnya baik sebagai sumber gizi maupun sumber tenaga untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Banyak sekali jenis-jenis sayuran sehingga terkadang
masyarakat mengkonsumsi sayuran yang itu-itu saja, padahal jika setiap hari
sayuran yang dikonsumsi lebih beragam maka tidak akanada rasa jenuh untuk
mengkonsumsi sayuran, selain itu vitamin yang didapat lebih banyak daripada
mengkonsumsi satu atau dua jenis sayuran saja. Maka Widagdo (1992)
mendefinisikan bahwa “Sayuran adalah suatu makanan bervitamin yang bermanfaat
bagi tubuh kita”.
Sayuran dapat disajikan dalam keadaan mentah,
dikenal dengan lalab atau
dimasak
dahulu sebelum dikonsumsi. Misalnya bayam disajikan sebagai sayur bening,
asparagus sebagai sup asparagus, kangkung sebagai tumis kangkung, dan sawi
sebagai cah sawi. Sayuran memiliki rasa, aroma dan warna yang khas dan tajam.
Jenis sayuran yang sering disajikan dalam keadaan mentah, sepertiselada,
mentimun, dan kemangi. Jenis sayuran ini digolongkan sebagai sayuranlalab.
Sayuran ini biasanya disajikan bersama dengan saus atau krim sebagai salad atau
dengan sambal (Harnani, 2013)
2. 1. 2 Jenis – Jenis
Sayuran
Banyak sekali
jenis-jenis sayuran yang ada di muka bumi ini, dan cara menanamnya pun
berbeda-beda. Maryani (2009) membagi cara menanam sayuran menjadi tiga jenis,
yaitu sayuran organik, sayuran non organik, dan sayuran hidroponik. Dari
berbagai jenis sayuran tersebut ada keuntungan dan kelemahannya masing-masing.
a.
Sayuran Organik Sayuran organik adalah
sayuran yang tidak diberi pupuk kimia, melainkan hanya pupuk kandang atau
kompos. Keuntungan sayuran organik adalah bisa mengurangi racun yang setiap
hari di konsumsi secara tidak sengaja, kualitas rasa pada sayuran organik lebih
enak dibandingkan sayuran nonorganik selain itu warnanya pun lebih cerah
dibandingkan dengan sayuran lainnya.
b.
Sayuran Non-Organik Sayuran non organik
adalah sayuran yang memakai pupuk kimia seperti pestisida atau zat kimia
lainnya. Sayuran non organik berbahaya bagi tubuh manusia karena dengan
mengkonsumsinya sama saja dengan memakan pestisida atau zat kimia secara
langsung.
c.
Sayuran Hidroponik Sayuran Hidroponik
adalah suatu cara menanam sayuran tanpa menggunakan tanah, melainkan dengan
menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur
hara seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk
kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah. Beberapa tanaman yang sering
ditanam secara hidroponik adalah sayur-sayuran seperti brokoli, sawi, bayam,
kangkung, tomat, bawang, strowbery, wortel dll.
2.
2 Wortel
2. 2. 1 Definisi Wortel
Wortel merupakan salah
satu sayuran yang banyak mengandung vitamin A, selain itu wortel juga adalah
salah satu sayuran yang paling sering di konsumsi oleh masyarakat karena wortel
merupakan bahan utama dalam pembuatan sup. Menurut Cahyono (2002) Wortel adalah
“sayuran berwarna oranye berbentuk panjang yang kaya akan vitamin A”. Bagian
yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Wortel adalah
tumbuhan biennial (tanaman yang memiliki siklus hidup didua musim) dengan
siklus hidup 12 - 24 bulan yang mampu menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar
untuk tumbuh pada tahun kedua. Batang bunga tumbuh setinggi sekitar 1m, dengan
bunga berwarna putih. Wortel adalah tumbuhan yang dapat ditanam sepanjang
tahun. Terutama didaerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab.
Tumbuhan wortel membutuhkan sinar matahari dan dapat tumbuh pada semua musim.
2. 2. 2 Jenis Wortel
a.
Jenis Imperator
Adalah jenis wortel
yang memiliki umbi akar berukuran panjang dengan ujung meruncing dan rasanya
kurang manis, dan dapat dijumpai di Amerika Serikat dan Belanda.
b.
Jenis Chantenay
Adalah wortel yang
memiliki umbi akar berbentuk bulat panjang dan rasanya manis. Wortel jenis ini
dapat dijumpai di Taiwan, dan Jepang
c.
Jenis Nantes
Adalah wortel hasil
kombinasi dari jenis wortel imperator dan chantenay. Umbi akar wortel berwarna
khas oranye. Wortel jenis ini lah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia.
2.2.3 Sistematika Tanaman Wortel
Dalam sistem
tumbuh-tumbuhan (taksonomi) , tanaman wortel diklasifikasikan sebagai berikut :
Devisio
: Spermatophyta
Sub
devisio :
Angiospermae
Kelas
: Dicotyledon
Ordo
: Umbelliferales
Family
: Umbelliferae
Genus
: Daucus
Species
: Daucus carota L. (Cahyono, 2002 dalam
(Pohan, 2008)).
Susunan tubuh tanaman
wortel terdiri atas daun dan tangkainya, batang dan akar. Secara keseluruhan
wortel merupakan tanaman setahun, ang tumbuh tegak hingga 30-100 cm atau lebih
(Cahyono, 2002 dalam (Keliat, 2008)).
2.2.4 Morfologi Tanaman Wortel
·
Daun
Daun wortel bersifat
majemuk menyirip ganda dua atau tiga, anak-anak daun berbentuk lanset
(garis-garis). Setiap tanaman memiliki 5-7 tangkai daun yang berukuran agak
panjang. Tangkai daun kaku dan tebal dengan permukaan yang halus, sedangkan
helaian daun lemas dan tipis (Kurnia, 2011).
·
Batang.
Batang tanaman wortel
sangat pendek sehingga hampir tidak nampak, batang bulat, tidakberkayu, agak
keras, dan berdiameter kecil (sekitar 1-1,5 cm). Pada umumnya batang berwarna
hijau tua. Batang tanaman tidak bercabang, namun ditumbuhi oleh tangkaidaun
yang berukuran panjang, sehingga kelihatan seperti bercabang (Kurnia, 2011).
·
Akar.
Tanaman wortel memiliki
sistem perakaran tunggang dan serabut. Dalam pertumbuhannya akar tunggang akan
mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi tempat penyimpanan cadangan
makanan. Bentuk akar akan berubah menjadi besar dan bulat memanjang, hingga
mencapai diameter 6 cm dan panjang sampai 30 cm, tergantung varietasnya. Akar
tunggang yang telah berubah bentuk dan fungsi inilah yang sering disebut atau
dikenal sebagai “Umbi Wortel” (Kurnia, 2011).
·
Bunga.
Bunga tanaman wortel
tumbuh pada ujung tanaman, berbentuk payung berganda, dan berwarna putih atau
merah jambu agak pucat. Bunga memiliki tangkai yang pendek dan tebal.
Kuntum-kuntum bunga terletak pada bidang yang sama. Bunga wortel yang telah mengalami
penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji-biji yang berukuran kecil dan
berbulu (Cahyono, 2007 dalam (Keliat, 2008)).
·
Umbi.
Wortel merupakan
tanaman sayuran umbi semusim, berbentuk semak yang dapat tumbuh sepanjang
tahun, baik pada musim hujan maupun kemarau. Batangnya pendek dan berakar
tunggang yang fungsinya berubah menjadi bulat dan memanjang. Warna umbi kuning
kemerah-merahan, mempunyai karoten A yang sangat tinggi, Umbi wortel juga
mengandung vitamin B, Vitamin c dan mineral (setiawan, 1995dalam (Pohan,
2008)).
2.4
Kandungan Gizi pada Wortel
Wortel memiliki kandungan gizi yang diperlukan oleh
tubuh terutama vitamin dan mineral sehingga sayuran ini baik sekali dan sangat
dianjurkan untuk dikonsumsi dalam menu sehari-hari guna mencukupi kebutuhan
vitamin dan mineral yang esensial bagi tubuh. Selain itu, wortel memiliki
pigmen orange karena kandungan β karoten yang dimilikinya cukup tinggi (Kurnia,
2011)
Wortel juga kaya akan kandungan antioksidan,
teristimewa β–karoten yang dapat larut dalam lemak/minyak. Kemampun karoten
sebagai antioksidan terutama didasarkan pada sifatnya sebagai pemunah oksigen
singlet. Aktivitas pemunah oksigen singlet dari karotenoid teristimewa
bergantung kepada jumlah ikatan rangkap terkonjugasi dari molekul tersebut dan
kurang dipengaruhi oleh gugus ujung karotenoid (siklik atau asiklik) atau
subtituen yang terikat pada gugus siklik ujung karotenoid (Rao dalam Momuat,
2005). Perbedaan kandungan karoten juga dipengaruhi oleh suhu, kematangan
tanaman, dan oleh kultivar. Kandungan karoten pada kultivar wortel yang paling
banyak ditanam berkisar dari 60 hingga lebih dari 120 m g/g bobot segar. Selain itu pembentukan
karoten optimum pada suhu 16-250C, dan lebih rendah pada suhu di bawah atau di
atas kisaran tersebut. Pembentukan pigmen terjadi setelah pertumbuhan umbi,
sehingga umbi muda berwarna pucat. Dengan pertumbuhan yang terus berlangsung,
karoten terakumulasi dan mencapai konsentrasi maksimum setelah tanaman berumur
sekitar 90-120 hari, dan selanjutnya berhenti atau secara perlahan berkurang
(Rubatzky & Yamaguchi 1997).
Kandungan α- dan β-karotennya. Kedua jenis karoten
ini penting dalam gizi manusia sebagai provitamin A. Selain kandungan
provitamin A yang tinggi, wortel juga mengandung vitamin C dan vitamin B serta
mengandung mineral terutama kalsium dan fosfor (Rubatzky & Yamaguchi 1997).
Selain itu di dalam wortel juga terkandung pektin yang baik untuk menurunkan
kolesterol darah. Pada wortel juga terdapat serat yang tinggi bermanfaat untuk
mencegah terjadinya konstipasi.
Karena besarnya manfaat provitamin A ini bagi
kesehatan tubuh, sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan konsentrasi -karoten
dalam plasma darah banyak dilakukan, misalnya dengan mengkonsumsi suplemen
minyak yang secara alamiah kaya akan kandungan -karoten (Lietz et al., 2001)
ataupun melakukan fortifikasi minyak kedelai dengan karoten yang ditambahkan ke
nasi.
Komponen terbesar dari umbi wortel adalah air,
sedangkan komponen yang lain adalah karbohidrat, yang merupakan komponen
padatan terbesar, sedangkan protein, lemak dan beberapa vitamin dan mineral
terdapat dalam jumlah kecil. Komposisi dalam wortel selengkapnya dapat dilihat
pada tabel.
Kandungan gula pada wortel bertambah dengan cepat
setelah tiga bulan dari penanaman dan selanjutnya tetap tidak berubah sampai
dipanen. Kandungan gula pereduksi yaitu glukosa dan fruktosa juga tidak
berubah, sedangkan perbandingan gula non pereduksi dengan gula pereduksi
bertambah secara eksponensial. Perubahan kandungan gula terhenti jauh sebelum
pemanenan, oleh karena itu tidak dapat dipakai sebagai petunjuk kimiawi
kemasakan (Pantastico,2003). Sementara kandungan serat kasarnya pada permulaan
pertumbuhan hampir konstan tetapi kemudian terjadi peningkatan dan kandungan
tertinggi dapat terjadi pada wortel yang terlambat dipanen (Rukmana, 2000).
Menurut Soesarsono (1998), rasa pahit pada wortel
selama penyimpanan dapat terjadi dan diduga akibat dari metabolisme abnormal
yang disebabkan oleh etilen. Hal ini terjadi pada wortel yang disimpan
bersama-sama dengan apel atau buah-buahan yang lain. Senyawa yang menyebabkan
rasa pahit pada wortel adalah isokumarin. Sintesa senyawa ini dipacu melalui
peranan katalitik gas etilen (seperti yang dibebaskan pada pematangan buah).
2.5
Proses dan Manfaat β–karoten
Kata
"karoten" berasal dari kata Latin yang berarti wortel, yaitu pigmen
warna kuning dan oranye pada buah dan sayuran. Nah, salah satu anggota 6
senyawa karoten yang banyak dikenal adalah beta-karoten, yaitu senyawa yang
akan dikonversikan jadi vitamin A (retinol) oleh tubuh. Itu sebabnya, beta
karoten sering disebut pro-vitamin A (Anonim, 2010). Tubuh akan mengkonversikan
beta-karoten jadi vitamin A dalam jumlah secukupnya saja. Selebihnya akan tetap
tersimpan sebagai beta-karoten. Sifat inilah yang menyebabkan beta-karoten
berperan sebagai vitamin A yang aman. Jadi, tidak seperti suplemen vitamin A
yang bisa menyebabkan keracunan, jika diberikan secara berlebihan (Anonim,
2010). Dalam bentuk beta-karoten, wortel biasa pula berperan sebagai
antioksidan, yaitu memberi perlindungan pada tubuh terhadap pengaruh negatif
yang merusak dari radikal bebas. Radikal bebas memang "bandel" karena
biasa merusak sel melalui proses oksidasi (Anonim, 2010)
Vitamin A berfungsi
untuk pengihatan, diferensiasi sel, kekebalan pertumbuhan, perkembangan,
reproduksi, pencegah kanker dan penyakit jantung serta kurangnya nafsu makan
(Almatsier, 2009). Vitamin A penting untuk pemeliharaan sel kornea mata
membantu pertumbuhan tulang dan gigi pembentukan dan pengaturan hormon
melindungi tubuh terhadap kanker. Vitamin A banyak terdapat pada sayur-sayuran
(wortel, ubi, labu kuning, bayam, tomat), buah-buahan (pepaya), susu, keju,
mentega, dan telur, Jika tubuh kurang vitamin A menyebabkan penurunan fungsi
kornea hingga kebutaan, perubahan bentuk tulang, pertumbuhaannya terhambat,
membentuk celah (kerusakan pada gigi), terhentinya pertumbuhan sel-sel
pembentuk gigi (Baitul, 2011).
Sumber Vitamin A terdapat
di dalam pangan hewani,sedangkan karotan terutama di dalam pangan nabati.
Sumber Vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan
mentega. Karena Vitamin A tidak berwarna, warna kuning dalam telur adalah
karoten yang tidak dapat diubah menjadi Vitamin A. Minyak hati ikan digunakan
sebagai sumber vitamin A yang diberikan untuk keperluan penyembuhan. Sumber
karoten adalah sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang berwarna
kuning-jingga, seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang
panjang, bincis wortel, tomat, jagung, papaya, manggga, nangka masak dan jeruk
(Almatsier, 2009). Sayuran dan buah-buahan yang berwarna hijau atau kuning
biasanya banyak mengandung karoten. Ada hubungan langsung antara derajat
kehijauan sayuran dengan kadar karoten. Semakin hijau daun tersebut semakin
tinggi kadar karotennya, sedang daun-daunan yang pucat seperti selada dan kol
miskin akan karoten. Wortel, ubi jalar, dan waluh kaya akan karoten (Winarno,
1992).
2.
6 Perbedaan Kandungan Gizi pada Wortel Organik dan Konvensional
Menurut penelitian,
terdapat perbedaan konsentrasi kandungan zat gizi pada wortel yang ditanam
secara organik dan wortel yang di tanam secara konvensional. Wortel
konvensional memiliki kandungan nitrat dan protein kasar yang lebih tinggi.
Namun kandungan sukrosa pada wortel organik lebih tinggi dibandingkan wortel
konvensional. Selain itu wortel organik kadang menunjukan mutu organoleptik
yang lebih baik karena penampilannya yang lebih bagus dan rasanya yang lebih
manis (Kjellenberg 2007). Namun di Indonesia masih jarang penelitian mengenai
sayuran organik dan sayuran non-organik khususnya wortel yang ditanam di
Indonesia, sehingga hal ini menjadi menarik untuk diteliti.
2.7
Kerusakan β–karoten
Sifat beta katoten yang
sangat sensitif terutama terhadap oksigen dan cahaya. Adanya ikatan rangkap
pada struktur kimia beta karoten, menyebabkan bahan ini menjadi sangat sensitif
terhadap reaksi oksidasi ketika terkena udara (O2), cahaya, metal, peroksida,
dan panas selama proses produksi maupun aplikasinya. Kondisi ini terjadi jika
proses pengolahan dilakukan tanpa pengendalian dan perlindungan, sehingga pada
akhirnya kandungan beta karoten yang seharusnya bermanfaat tinggi menjadi
hilang (Kurnia, 2011)
2.8
Manfaat Mengkonsumsi Wortel
Bagian yang utama dikonsumsi masyarakat dunia dari
tanaman wortel adalah umbinya. Meskipun demikian, hampir semua bagian tanaman
tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan hidup dan penghidupan
manusia. Umbi wortel enak dan lezat untuk dijadikan lalab mentah ataupun
masak,dibuat sayur capcai, sop dan berbagai ragam lainnya. Disamping itu,
wortel mempunyai khasiat untuk pengobatan beberapa jenis penyakit (Rukmana,
1995). Wortel (Daucus carota) sangat bagus bagi tubuh manusia, pilihlah wortel
yang intinya kecil dan berwarna muda karena menandakan bahwa wortel tersebut
masih muda dan segar. Wortel mempunyai khasiat yang jarang kita tahu, antara
lain:
1. Baik
Untuk Penglihatan dan Imunitas
Wortel
merupakan jenis sayuran terpopuler kedua setelah kentang. Wortel mengandung
vitamin A yang tinggi.
2. Mencegah
kanker
Penelitian
dari National Cancer Institute mengaitkan kandungan tinggi beta karoten dengan
pencegahan kanker, karena sifat antioksidannya yang melawan kerja destruktif
sel-sel kanker.
3. Mencegah
rabun senja
Karoten
juga baik untuk kesehatan mata. Membantu mencegah terjadinya rabun senja dan
memperbaiki penglihatan yang lemah.
4. Menurunkan
kolesterol darah
Di
dalam wortel juga terkandung pectin yang baik untuk menurunkan kolesterol
darah. Serat yang tinggi juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya konstipasi.
5. Mencegah
Stroke
Khasiat
antistroke timbul karena aktivitas beta karoten yang mencegah terjadinya plak
atau timbunan kolesterol dalam pembuluh darah.
6. Mengatasi
kandungan kulit
Seperti
jerawat, bengkak bernanah ataupun kulit kering. Masalah-masalah tersebut biasa
timbul karena diet dan kebiasaan minum alkohol, obat-obatan, dan rokok,
sehingga menimbulkan kondisi asam yang tinggi dalam darah, kesemuanya dapat
dicegah dengan rutin minum jus wortel.
7. Membantu
menetralkan asam dalam darah dan menghilangkan toksin dalam tubuh karena adanya
kandungan kalium dalam wortel (Apriliaw, 2011).
2.9 Pengolahan Wortel
Selain dikonsumsi dalam
bentuk masakan seperti sayur, wortel banyak diolah melalui berbagai untuk dapan
dikonsumsi dalam jangka waktu lama, namun tetap memiliki gizi yang tidak
berbeda dengan wortel segar.
a. Tepung Wortel
Tepung wortel adalah
produk awetan yang dapat dijadikan alternatif untuk memperpanjang umur simpan,
memudahkan penyimpanan dan transportasi, memperluas jangkauan pemasaran dan
mudah diolah menjadi produk-produk lain. Tepung wortel sebagai sumber
provitamin A dan pewarna pangan. Dalam hubungan ini dipelajari stabilitas
provitamin A dan warna dalam proses pembuatan maupun selama penyimpanannya.
Selain itu dipelajari pula pengaruh penambahan suatu antioksidan dalam usaha
mempertahankan stabilitasnya. Pembuatan tepung wortel akan meningkatkan
keanekaragaman pemanfaatan wortel dan yang lebih penting adalah untuk
menjadikannya sebagai sumber provitamin A dan pewarna pangan. Dalam bentuk
tepung daya simpannya akan meningkat, transportasinya mudah dan penggunaan
selanjutnya lebih mudah dari pada dalam bentuk segar. Sebagai sumber provitamin
A dan pewarna pangan, tepung wortel dapat ditambahkan antara lain pada makanan
bayi, saus, sup, dan sebagai bahan pembuat kue (Wikipedia, 2016 )
Adapun proses pembuatan tepung wortel
dapat digambarkan pada diagram alir sebagai berikut:
1.
Menyiapkan wortel segar dengan ukuran
rata-rata 20 g. Wortel segar diperoleh dari Desa Lembanna, Kec. Malino. Kab.
Gowa dengan umur panen ±3 bulan.
2.
Mencuci wortel segar untuk menghilangkan
kotoran tanah.
3.
Menancapkan pipa aluminium di tengah
wortel untuk mendapatkan diameter yang sama
4.
Mengiris wortel dengan ketebalan 1, 2, 3
mm dengan menggunakan cutter. Kemudian memasukkan hasil irisan wortel ke
dalam kawat kasa (berat wadah sudah diketahui sebelumnya).
5.
Menimbang bahan dan kawat kasa untuk
mengetahui berat bahan dan berat kawat kasa.
6.
Mengeringkan irisan wortel dengan
menggunakan tray dryer, dengan dua perlakuan pertama, mengeringkan
dengan unheater dan kedua, mengeringkan pada suhu 30, 45, 60 ⁰C, dengan masing-masing
kecepatan udara pengering 1,5 m/s. Selama pengeringan dilakukan penimbangan
pada setiap jam. Pengeringan dihentikan hingga berat bahan menjadi konstan.
7.
Setelah berat bahan konstan, bahan
dimasukkan ke oven selama 3 jam pada suhu 102 ⁰C untuk mendapat berat akhir atau berat
padatan/ kering bahan.
8.
Menghaluskan irisan wortel pada
masing-masing perlakuan dengan menggunakan grinder hingga merata.
9.
Mengayak hasil irisan wortel yang telah
dihaluskan pada masing-masing perlakuan dengan menggunakan ayakan 80 mesh.
10. Tepung
wortel yang halus pada masing-masing perlakuan siap untuk digunakan untuk
melakukan uji β-karoten.
Pada penelitian
yang telah dilakukan (Amiruddin, 2013) dalam Skripsi berjudul “Pembuatan Tepung Wortel ( Daucus carrota L
) Dengan Variasi Suhu Pengering” Dapat diketahui Sifat Fisik Tepung Wortel
sebagai berikut:
·
Kadar Air Selama Pengeringan
kadar air selama
proses pengeringan mengalami penurunan:
-
Semakin lama proses pengeringan maka penurunan kadar air
bahan akan semakin jelas terlihat dan ketebalan pada wortel mengalami
penyusutan.
-
Semakin tinggi suhu yang digunakan maka penguapan air pada
bahan akan semakin tinggi.
-
Semakin tinggi suhu yang di gunakan maka penurunan kadar air
pada bahan akan semakin signifikan dan laju pengeringan pada bahan akan semakin
cepat
-
Kadar air dipengaruhi oleh ketebalan pada bahan dan suhu
pemanasan yang digunakan.
·
Kadar
β-karoten (Vitamin A) Pada Tepung Wortel
Menurut Goldman et
al. (1983), β-karoten merupakan salah satu unsur pokok dalam bahan pangan
yang mempunyai peranan sangat penting, yaitu memberikan kontribusi terhadap
warna bahan pangan (warna oranye) dan juga nilai gizi sebagai provitamin A.
Lama pengeringan wortel
maka kadar β-karoten cenderung meningkat dengan semakin tingginya suhu sampai
dengan 45 ⁰C
, namun pada suhu 60 ⁰C
terjadi penurunan kembali. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu tinggi telah
terjadi degradasi karoten. Andarwulan dan Koswara (1992) menyatakan bahwa
degradasi karoten yang terjadi selama pengolahan diakibatkan oleh proses
oksidasi pada suhu tinggi yang mengubah senyawa karoten menjadi senyawa ionon
berupa keton. Senyawa karatenoid mudah teroksidasi terutama pada suhu tinggi
yang disebabkan oleh adanya sejumlah ikatan rangkap dalam struktur molekulnya.
β-karoten bersifat tidak stabil jika berada pada suhu tinggi dengan lama waktu
lebih panjang.
·
Dimensi
Perubahan
volume total berbanding lurus terhadap lama pengeringan dimana semakin lama
pengeringan yang dilakukan maka bahan yang dikeringkan semakin menyusut.
b. Wortel Instan
Produk pangan
yang dikehendaki oleh masyarakat modern tidak hanya mempertimbangkan unsur
pemenuhan gizi, akan tetapi juga harus praktis, cepat saji, tahan lama dan
tidak memerlukan tempat atau ruang penyimpanan yang lebih besar
(Wirakartakusuma, dkk., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam:Iswari,
Kasma. 2007. )
1.
Wortel kering mempunyai beberapa kelebihan:
·
Bentuknya menjadi ringkas sehingga mudah dalam
pengangkutannya
·
Proses pengeringannya tidak rumit, dan bernilai ekonomis
tinggi
2.
Faktor – Faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik dan
mutu wortel kering:
·
Sifat beta karoten yang sangat sensitif terutama terhadap
oksigen dan cahaya.
Adanya ikatan rangkap pada struktur kimia β-karoten,
menyebabkan bahan ini menjadi sangat sensitif terhadap reaksi oksidasi ketika
terkena udara (O2), cahaya, metal, peroksida, dan panas selama proses produksi
maupun aplikasinya. Kondisi ini terjadi jika proses pengolahan dilakukan tanpa
pengendalian dan perlindungan, sehingga pada akhirnya kandungan β-karoten yang
seharusnya bermanfaat tinggi menjadi hilang. (Anggara, 2015)
·
Suhu pengeringan
Penelitian tentang suhu pengeringan pada wortel kering instan
menggunakan bahan CMC dilaporkan bahwa penggunaan suhu yang lebih rendah dapat
mempertahankan kandungan β-karoten dibandingkan penggunaan suhu yang lebih
tinggi (Nurcahyono, 2015). Hal ini disebabkan karena reaksi oksidasi karotenoid
dapat berjalan lebih cepat pada suhu yang relatif tinggi (Satriyanto, dkk.,
2012.). Sedangkan penggunaan suhu pengeringan yang terlalu rendah kurang baik
untuk produk kering karena suhu rendah tidak cukup banyak menghilangankan kadar
air produk. Standar air yang terkandung dalam wortel kering adalah maksimal 14
% (United State Department of Agriculture. 2004)
3.
Salah satu cara untuk menekan oksidasi selama proses,
diperlukan pelapisan coating (edible coating) sebelum memasuki
proses pengeringan. Lapisan coating berperan dalam mempertahankan warna,
tekstur dan menghambat transmisi oksigen pada bahan. Isomerisasi cis-trans yang
terjadi pada suhu tinggi akan menyebabkan perubahan posisi dari bentuk trans
ke bentuk cis. Sedangkan beta karoten bentuk cis biasanya
memiliki aktivitas vitamin A yang lebih rendah dari pada bentuk trans (International
Vitamin A Consultative Group. The Bioavailability of Dietary Carotenoids.
Dalam: Iswari, Kasma. 2007)
4.
Pengaruh Edible Coating
dan Suhu Pengeringan Dalam Pembuatan Wortel Instan
Pada Penelitian
yang dilakukan (Anggara, dkk., 2015) dalam Jurnal “PENGARUH EDIBLE COATING SEBAGAI BARRIER OKSIGEN PADA
PEMBUATAN WORTEL INSTAN” Didapatkan hasil sebagai berikut:
·
Kadar Air
Semakin kecil konsentrasi karagenan yang ditambahkan,
kehilangan kadar air menjadi semakin besar. Diduga semakin banyak karagenan
yang ditambahkan akan membentuk larutan coating yang lebih tebal sehingga
menciptakan barrier yang baik untuk pertukaran gas produk dari maupun
kedalam lingkungan.
Semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan, kehilangan
kadar air menjadi semakin besar. Hal ini disebabkan dengan semakin tinggi suhu
pengeringan yang digunakan maka semakin cepat pindah panas dan penguapan air
dari bahan pangan. Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan
bahan pangan semakin cepat pindah panas ke bahan pangan dan semakin cepat pula
penguapan dari bahan pangan (Estiasih, dkk., 2009)
·
Total Karoten
Semakin kecil konsentrasi karagenan yang ditambahkan,
kehilangan karoten lebih besar. Semakin banyak karagenan yang ditambahkan akan
membentuk lapisan yang semakin tebal sehingga semakin dapat melindungi bahan
saat proses baik dari reaksi oksidasi maupun kerusakan karena pemanasan.
Semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan, kadar karoten
menjadi semakin besar. Hal ini disebabkan dengan semakin tinggi suhu
pengeringan yang digunakan maka semakin banyak degradasi karoten yang terjadi.
·
Rendemen
Semakin kecil konsentrasi karagenan yang ditambahkan,
peningkatan persentase rendemen semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi kandungan karagenan maka meningkatkan kekentalan suspensi sehingga
semakin tebal pula coating pada wortel kering. Perhitungan rendemen
didasarkan pada perbandingan antara berat tepung wortel yang dihasilkan dengan
berat wortel segar. Nilai rendemen wortel kering tersebut sangat dipengaruhi
oleh kadar airnya. Semakin rendah bahan kering dan semakin kecil kadar air yang
terkandung dalam wortel, maka semakin rendah rendemennya.
Pelapis edible (edible coating) adalah suatu
lapisan tipis yang rata, dibuat dari bahan yang dapat dimakan, serta dapat
berfungsi sebagai penahan (barrier) perpindahan massa (seperti
kelembaban, oksigen, lipida zat terlarut) dan atau sebagai pembawa (carrier)
bahan tambahan makanan untuk meningkatkan kualitas dan umur simpan makanan.
Ketika konsentrasi karagenan yang ditamabahkan semakin sedikit, permeabilitas coating
akan rendah, pori-pori kurang rapat sehingga uap air akan mudah keluar dari
bahan dan O2 bisa lebih cepat kontak langsung dengan bahan (Rozana. 2013)
Semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin efektif untuk
menguapkan air pada bahan dan semakin banyak penambahan karagenan pada coating,
maka semakin mampu mempertahankan kadar air didalam wortel kering. Nilai
rendemen wortel kering tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar airnya. Semakin
tinggi kadar air yang terkandung dalam wortel, maka semakin tinggi rendemennya.
·
Tekstur
Penambahan konsentrasi karagenan yang semakin tinggi
mengakibatkan tekstur wortel menjadi lebih keras dinyatakan dengan gaya penetrasi
yang semakin kecil. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu yang digunakan maka
air yang teruapkan lebih banyak, sehingga pada saat proses rehidrasi akan lebih
banyak air yang terikat. Perubahan tekstur buah dan sayur selama pengolahan dan
atau penyimpanan berhubungan erat dengan kehilangan air pada jaringan dimana
semakin banyak air yang hilang maka tekstur akan lebih liat dan kehilangan
kerenyahan (Luo, dkk., 2012)
Pada pengolahan wortel kering dengan pelapisan edible dari
karagenan yang di kombinasikan dengan suhu pengeringan didapatkan hasil yaitu
semakin tebal coating yang ditambahkan pada wortel kering, maka akan
mengakibatkan produk semakin liat.
·
Daya Rehidrasi
Bahwa semakin kecil konsentrasi karagenan yang ditambahkan,
kehilangan kadar air menjadi semakin besar sehingga pada waktu proses rehidrasi
kemampuan menyerap air kembali oleh bahan semakin besar. Semakin banyak
karagenan yang ditambahkan akan membentuk larutan coating yang lebih
tebal sehingga menciptakan barrier yang baik untuk pertukaran air produk
dari maupun kedalam lingkungan sehingga pada waktu proses rehidrasi ketebalan
lapisan menghalangi bahan untuk mengikat air (Luo, dkk., 2012)
Proses rehidrasi dipengaruhi oleh kemampuan pengembangan pati
dan pembentukan kembali susunan dinding sel. Peningkatan daya serap air
disebabkan oleh adanya pati yang telah tergelatinisasi selama proses
pengeringan. Gelatinisasi meningkatkan daya serap air karena terputusnya ikatan
hidrogen antarmolekul pati sehingga air lebih mudah masuk ke dalam molekul pati
(Santosa, dkk., 1998)
c.
Fruit Leather
Menurut Delden
(2011), fruit leather adalah produk olahan buah yang telah dikeringkan,
mempunyai tekstur kenyal dan flavorful. Standar mutu fruit leather belum
ada, namun menurut Nurlaely (2002), fruit leather yang baik mempunyai
kandungan air 10-20%, nilai aw kurang dari 0,7, tekstur plastis, kenampakan
seperti kulit, terlihat mengkilat, dapat dikonsumsi secara langsung serta
mempunyai warna, aroma dan cita rasa khas suatu jenis buah sebagai bahan baku.Menurut Historiarsih (2010),
masalah yang sering timbul pada fruit leather adalah plastisitasnya yang
kurang baik. Penambahan karagenan sebagai pembentuk gel diharapkan dapat
memperbaiki plastisitas dari fruit leather. Kappa karagenan merupakan
pembentuk gel terbaik dibandingkan iota dan lambda karagenan. Pemilihan kappa
karagenan sebagai hidrokoloid juga mampu meningkatkan kadar serat dalam fruit
leather (Murdinah, 2010).
Ø Pengaruh
Penambahan Karagen Pada Fruit Leather Wortel.
·
Kadar Air
Penentuan kadar
air pada prinsipnya digunakan untuk menguapkan air yang ada dalam bahan pangan
dengan cara pemanasan. Kemudian dilakukan penimbangan bahan hingga konstan,
yang menandakan air dalam bahan telah diuapkan (Sudarmaji, 2010).Menurut
Fardiaz (1989), pembentukan gel adalah suatu fenomena penggabungan atau
pengikatan silang rantai – rantai polimer sehingga terbentuk suatu jala tiga
dimensi bersambungan. Selanjutnya jala ini menangkap atau mengimobilisasikan
air di dalamnya dan membentuk struktur yang kuat dan kaku.
Salah satu sifat
karagenan ialah mampu mengimobilisasikan air. Sehingga dengan semakin tinggi
konsentrasi karagenan yang ditambahkan pada fruit leather wortel
menyebabkan jumlah air bebas dan air teradsorbsi yang ada dalam bahan semakin
menurun. (Sidi, dkk., 2014)
·
Kadar Abu
Pengabuan
dilakukan dengan metode kering menurut Sudarmaji (2010) dengan lama pengabuan 4
jam pada suhu 6000C dengan tanur hingga didapatkan abu sempurna (sampel
berwarna putih). Semakin tinggi konsentrasi karagenan yang ditambahkan pada fruit
leather wortel maka kadar abu yang dihasilkan semakin meningkat. (Sidi,
dkk., 2014)
Peningkatan
kadar abu pada fruit leather wortel disebabkan oleh kandungan kadar abu
yang terdapat pada kappa karagenan. Kandungan mineral pada Kappaphycusalvarezii
menurut Santoso et al., (2004) terdiri dari Mg dengan nilai 2,9
mg/g, Ca 2,8 mg/g, K 87,1 mg/g, Na 11,9 mg/g.
·
Aktivitas Air (aw)
Aktivitas air
sering disebut juga sebagai air bebas. Air bebas berada dalam ruang antar sel,
intergranular, pori-pori bahan atau bahkan pada permukaan bahan. Disebut
aktivitas air karena air bebas mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan
aktivitas reaksi-reaksi kimia pada bahan pangan. Di dalam air bebas terlarut
beberapa nutrien yang dimanfaatkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang selain
itu juga memungkinkan untuk berlangsungnya suatu proses reaksi kimia (Legowo
dkk, 2004).
Verawaty (2008)
menyatakan bahwa peristiwa sineresis merupakan masalah yang umum terjadi pada
beberapa jenis hidrokoloid yang diaplikasikan dalam produk pangan. Sineresis
adalah peristiwa keluarnya air dari dalam gel. Saat terjadi proses pembentukan
gel, ikatan – ikatan silang membentuk bangunan tiga dimensi yang kontinyu
sehingga molekul pelarut akan terjebak di dalamnya. Kemudian terjadi
imobilisasi molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang
tahan terhadap gaya maupun tekanan tertentu. Imeson (2010) menyatakan bahwa
diantara ketiga jenis karagenan, kappa, iota, dan lambda, hanya kappa karagenan
yang akan mengalami sineresis jika berada dalam bentuk gel.
Adanya sineresis
pada fruit leather nanas dan wortel menyebabkan tekstur fruit leather
sedikit berair dan mengkerut. Glicksman (1983) menyatakan bahwa pembentukan
agregat yang terus berlanjut selama penyimpanan dapat menjadi penyebab
terjadinya sineresis. Pembentukan agregrat ini menyebabkan gel menjadi
mengkerut (shrinked) sehingga cenderung memeras air keluar dari dalam
sel. Range aw dari fruit leather wortel masih memenuhi fruit leather
yang baik menurut Nurlaely (2002) yaitu < 0,70.Semakin Besar Konsentrasi
Karagen yang ditambahkann, Semakin kecil persentase air bebas. (Sidi, dkk.,
2014)
·
Kuat Tarik
Kekuatan tarik
merupakan tarikan maksimal yang dapat dicapai sebelum produk tersebut putus
atau sobek. Nilai kuat tarik menunjukkan besarnya gaya yang diperlukan untuk
mencapai tarikan maksimal pada setiap satuan luas produk (Krochta et al.,
2002). Semakin tinggi konsentrasi karagenan yang ditambahkan, maka gaya yang
dibutuhkan suatu produk untuk sobek atau putus semakin tinggi. (Sidi, dkk.,
2014)
Kuat tarik berhubungan
dengan tekstur fruit leather yang plastis. Tekstur plastis bisa
terbentukdengan karagenan sebagai gelling agent. Kappa karagenan
merupakan fraksi yang mampu membentuk gel dalam air dan bersifat reversible.
Proses pemanasan akan mengakibatkan polimer karagenan dalam larutan menjadi
random coil (acak). Bila suhu diturunkan, maka polimer akan membentuk
struktur double helix (pilinan ganda) dan apabila penurunan suhu terus
dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat silang semakin kuat dalam
pembentukan gel (Glicksman, 1983).
·
Kadar Serat Pangan
Serat pangan terdiri
karbohidrat kompleks yang banyak terdapat pada dinding sel tanaman yang tidak
dapat dicerna oleh enzim pencernaan dan tidak dapat diserap oleh sistem saluran
pencernaan manusia. Serat pangan mencangkup semua karbohidrat dan sejenisnya seperti,
selulosa, hemiselulosa, lignin, pentosa dan pektin (deMan, 1997). Pada
penelitian ini, kadar serat pangan dihitung menggunakan metode multi enzim (Asp
et al., 1981).Peningkatan kadar serat pangan pada fruit leather wortel
disebabkan oleh konsentrasikaragenan yang ditambahkan semakin tingi. (Sidi,
dkk., 2014)
·
Warna
Warna digunakan
sebagai indikator dalam menentukan mutu, kesegaran atau kematangan suatu
produk. Selain itu, warna juga merupakan indikator dalam pencampuran atau cara
pengolahan suatu produk yang manandakan merata atau tidaknya produk tersebut
(Winarno, 1992).
Tidak terdapat pengaruh yang nyata dari
penambahan karagenan terhadap tingkat kesukaan warna fruit leather wortel.
(Sidi, dkk., 2014)
·
Rasa
Rasa suatu produk
melibatkan indra pengecap yaitu lidah. Rasa makanan dapat dikenali dan
dibedakan oleh kuncup-kuncup cecapan yang terletak pada papila yaitu bagian
noda merah jingga pada lidah (Winarno, 1992). Setiap individu memiliki tingkat
penerimaan yang berbeda. Hal tersebut mempengaruhi sensitivitas tiap individu.
Tidak terdapat pengaruh yang nyata dari penambahan karagenan terhadap tingkat
kesukaan rasa fruit leather nanas dan wortel. (Sidi, dkk., 2014)
·
Aroma
Aroma merupakan
salah satu faktor penting bagi konsumen untuk memilih makanan. Aroma makanan
banyak menentukan kelezatan suatu makanan. Aroma yang diterima hidung dan otak
merupakan campuran empat bau utama yaitu harum, asam, tengik dan hangus. Aroma
buah-buahan diciptakan oleh berbagai ester yang bersifat volatil. Produksi aroma
tersebut akan meningkat saat buah mendekati masa klimaterik (Winarno, 1992).Dari
berbagai konsentrasi karagenan yang ditambahkan pada fruit leather wortel,
semua disukai oleh panelis karena berada pada range netral - suka.
(Sidi, dkk., 2014)
·
Tekstur
Tekstur makanan
dapat didefinisikan sebagai cara bagaimana berbagai unsur komponen dan unsur
struktur ditata dan digabung menjadi mikiro dan makrostruktur. Tekstur sangat
mempengaruhi citra makanan dan terkadang lebih penting daripada bau, rasa dan
warna. Tekstur makanan dapat dievaluasi menggunakan uji mekanika (metode
instrumen) dan analisis secara pengindraan (deMan, 1997).
Pada uji
sensoris yang dilakukan, tekstur yang diharapkan pada fruit leather nanas
dan wortel ialah tekstur plastis yang mudah sobek saat digigit dan dikunyah.
Terdapat pengaruh yang nyata dari penambahan karagenan terhadap tingkat
kesukaan tekstur fruitleather wortel. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik kappa karagenan yang merupakan pembentuk gel yang paling kuat
diantara jenis karagenan yang lain. Sehingga gel yang dihasilkan keras dan
elastis (Sidi, dkk., 2014)
d.
Sirup
Wortel
Menurut Satuhu (1994) sirup adalah sejenis minuman
ringan berupa larutan gula kental dengan cita rasa beraneka ragam. Dalam
pembuatan sirup wortel, yang perlu diperhatikan adalah karakteristik mutu
produk, terutama stabilitas beta-karoten selama pengolahan. Senyawa- senyawa
karotenoid (termasuk beta-karoten) mempunyai sifat sensitif terhadap alkali,
dan sangat sensitif terhadap udara dan sinar terutama pada suhu tinggi.
Sirup wortel dibuat dengan cara perebusan. Perebusan
dilakukan untuk memperbaiki cita rasa, penampakan, maupun nilai gizinya. Namun,
proses pemasakan yang tidak tepat justru akan menurunkan kualitas makanan. Oleh
karena itu, maka perlakuan pemanasan harus diperhatikan untuk mempertahankan
makanan sebagai sumber gizi yang optimal. Suhu yang biasa digunakan dalam
pembuatan sirup adalah 65o-100oC. (Puspasari, 2009)
Di samping pengaturan suhu, menurut Bart (dalam
Dwiguna, 2002) dalam perebusan perlu diperhatikan antara lain: jenis bahan,
lamanya proses berlangsung, alat yang digunakan, dan perlu ditutup atau tidak.
Perebusan tertutup mungkin dapat menghindarkan kontak antara bahan yang dimasak
dengan oksigen, yang memicu terjadinya oksidasi. Namun, hal ini juga
berpengaruhterhadap kandungan nutrisi dan sifat sensoris sirup wortel.
Dalam Penelitian yang dilakukan (Puspasari, 2009)
menyebutkan pengaruh penutupan dan suhu perebusan pada pembuatan sirup wortel
sebagai berikut:
·
β-Karoten
Peningkatan suhu
perebusan dan ditutup nyata menurunkan kandungan beta-karoten sirup wortel. Hal
ini disebabkan karena terjadi kerusakan beta-karoten akibat suhu tinggi. Selama
perebusan terjadi perubahan warna β-karoten akibat reaksi isomerisasi cis-trans,
oksidasi membentuk epoxy karotenoid dan apokarotenal (Klaui dan Bauernfeind dalam
Dutta et al., 2005).
Perebusan dengan
tutup memberikan tekanan yang lebih besar dibandingkan tanpa tutup dan
menyebabkan perubahan struktur yang mengakibatkan kerusakan beta-karoten pada
sirup (Jongen, 2002). Hasil penelitian Pinheiro-Santana et al. (2005)
menunjukkan pada kondisi pemasakan dengan tekanan menghasilkan level retensi
beta-karoten dan nilai vitamin A yang lebih rendah setelah pemasakan wortel.
·
Gula Reduksi
Peningkatan suhu
menyebabkan kadar gula reduksi sirup wortel makin tinggi. Hal ini disebabkan
terjadinya proses hidrolisis sukrosa menghasilkan gula reduksi (Desrosier,
1988). Perebusan dengan panci tertutup menghasilkan kadar gula reduksi sirup
lebih rendah dari panci terbuka, karena pada perebusan menggunakan wadah
terbuka penguapan berlangsung lebih cepat. Menurut Fellows (1990), penguapan
akan mengurangi berat dan volume produk, tetapi meningkatkan konsentrasi
padatannya.
·
Vitamin C dan
Kekentalan
Menurut Winarno
(1989) vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak akibat oksidasi.
Dalam keadaan tertutup tekanan di dalam panci perebus lebih besar dibanding
panci terbuka. Tekanan yang lebih besar merusak vitamin C.
Pada perebusan
tanpa tutup, peningkatan kekentalan yang terjadi lebih signifikan. Menurut
Tejasari (2005) pada waktu air menguap terjadi peningkatan kekentalan larutan
dengan tajam.
·
Warna
Pada sirup
wortel, warna dipengaruhi oleh kandungan beta-karoten wortel. Dengan perlakuan
tanpa tutup terjadi kontak langsung dengan oksigen di udara, sehingga terjadi
oksidasi. Oksidasi merupakan salah satu reaksi yang paling signifikan
menyebabkan kerusakan beta-karoten, sehingga warna memudar (deMan, 1997)
·
Aroma
Pemasakan
tertutup dan suhu yang tidak terlalu tinggi, penguapan tidak banyak terjadi dan
aroma spesifik bahan lebih dapat dipertahankan sehingga memiliki aroma yang
lebih khas
wortel.
·
Kekentalan
Pada perebusan
terjadi proses penguapan sehingga terjadi pemekatan. Menurut Tejasari (2005) pada
waktu air menguap dan larutan menjadi pekat, kekentalan larutan akan meningkat
dengan tajam.
·
Rasa
Pada perebusan tanpa
tutup dan suhu yang makin tinggi selain terjadi penguapan air, juga terjadi
penguapan asam-asam organik yang terdapat dalam bahan.
KESIMPULAN
Dari
pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa :
o
Wortel segar mengandung air, protein,
karbohidrat, lemak, vitamin (beta karoten, B1, dan C).
o
Kandungan air dalam wortel yaitu 87,7
gram.
o
Wortel konvensional memiliki kandungan
nitrat dan protein kasar yang lebih tinggi.
o
Perbedaan kandungan karoten juga
dipengaruhi oleh suhu, kematangan tanaman, dan oleh kultivar.
o
Wortel adalah
sayuran berwarna oranye berbentuk panjang yang kaya akan vitamin A.
o
Daun wortel bersifat majemuk menyirip
ganda dua atau tiga.
o
Wortel dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu, jenis Imperator, jenis Chantenay, dan jenis Nantes.
o
Pada pengolahan wortel, kadar β-karoten
harus diperhatikan.
o
Sifat β-karoten sangat sensitif terhadap
oksigen dan cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Chaerah. 2013. Pembuatan Tepung Wortel (
Daucus carrota L ) Dengan
Variasi
Suhu Pengering[Skripsi]. Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Andarwulan,
N. dan S. Koswara. 1992. Kimia vitamin.
Penerbit CV. Rajawali, Jakarta.
Anggara,
P.T., Elok Zubaidah, Indria Purwantiningrum. 2015. Pengaruh Edible
Coating
Sebagai
Barrier Oksigen Pada Pembuatan Wortel Instan. FTP Universitas Brawijaya,
Malang.
Vol. 3 No 4 p.1722-1729,
Aprilianing, Yuanita Tyas. 2009.” PENGEMBANGAN
PRODUK EMPEK-EMPEK PALEMBANG DENGAN PENAMBAHAN SAYURAN BAYAM DAN WORTEL SEBAGAI
SUMBER SERAT PANGAN”. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Asp, N., Johanson, H., Halmer,
dan Sijelstrom. 1983. Rapid Enzymatic
Assay of Insoluble
and SolubleDietary Fiber. J. Agric. Food.
Chem. Vol. 31. Hlm 476-482.
877- 520-5211.
Diakses pada 01 Mei 2016
deMan, JM. 1997. Kimia Makanan. ITB Press.
Bandung.
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah
M. Muljohardjo. UI
Press, Jakarta.
Dutta, D.A., U. Raychaudhuri dan
R. Chakraborty. 2005. Rheological Characteristics
and
Thermal Degradation Kinetics of Beta-Carotene in
Pumpkin Puree.
http://www.aseanfood.info/Articles/
11016-269.pdf. Diakses tanggal 01 Mei 2016
Dwiguna, I M. 2002. Pengaruh Lama dan Cara Perebusan Terhadap
Karakteristik dan
Umur Simpan Jaje Bantal. [Skripsi]. Program Studi Teknologi
Pertanian, Universitas
Udayana,
Denpasar.
Estiasih,
Teti dan Kgs Ahmadi, 2009. Teknologi
Pengolahan Pangan. Bumi Aksara.
Malang.
Fardiaz, D. 1989. Hidrokoloid. Laboratorium Kimia
dan Biokimia Pangan, PAU Pangan dan
Gizi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Fellows, P.J. 1990. Food Processing Technology, Principles and
Practice. Ellis Horwood
Ltd., England.
Glicksman, M. 1983. Food Hydrokoloid. Vol. II. CRC
Press, Boca Raton, Florida.
Goldman, M., B. Horev and I.
Saguy. 1983. Decolorization of
β-carotene in model systems
simulating dehydrated foods. Mechanism and kinetic
principles.
J. Food. Sci.
48:751-754.
Historiasih, R. Z. 2010. Pembuatan Fruit Leather Sirsak-Rosella. Program
Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Industri UPN
Veteran. Surabaya.
Imeson. 2010. Food Stabilisers, Thickeners and Gelling
Agents. Blackwell Publishing.
USA.
International
Vitamin A Consultative Group. The Bioavailability of Dietary Carotenoids.
Dalam:
Iswari, Kasma. 2007. Kajian Pengolahan
Bubuk Instan Wortel Dengan
Metode Foam Mat
Drying. Balai
Pengkajian Tekhnologi pertanian Sumatera Barat.
Buletin
Tekhnologi Pascapanen Pertanian Vol. 3. Sumatera Barat
Irma, Lidya Momuat. 2011.”PENGARUH
VCO MENGANDUNG EKSTRAK WORTEL TERHADAP PEROKSIDASI LIPID PLASMA”. Jurnal Ilmiah
Sains Vol. 11 No. 2, Halaman 1-2
Jongen, W. 2002. Fruit and Vegetables Processing, Improving
Quality. Woodhead Pub.
Ltd., United
State of America.
Krochta, J.M. and C.D.
Mulder-Johnson. 1997. Edible and
Biodegradable Polymer Films:
Challenges and Opportunities, Food
Technology.
51
(2): 62-74.
Kurnia, Testi Fitriani. 2011.”KAJIAN PENAMBAHAN EKSTRAK DAN TEPUNG WORTEL TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS ES KRIM”. Skripsi. Fakultas Teknologi Hasil Pertanian.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Legowo, Anang Mohamad dan
Nurwantoro. 2004. Analisis Pangan.
Fakultas Peternakan.
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Luo,
Haibo, Li Jiang , Li Zhang, and Juan Jiang. 2012. Quality Changes of Whole and
Fresh-Cut Zizania
Latifolia During Refrigerated (1°C) Stronge. Food Bioprocess
Technol
5:1411-1415
Murdinah. 2010. Pemanfaatan Rumput Laut dan Fikokoloid
untuk Produk Pangan dalam
Rangka Penelitian Nilai Tambah dan
Diversifikasi Pangan.Penelitian. Balai Besar
Riset Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Nurcahyono,
Ilham. 2015. Pengaruh Konsentrasi Carboxymethyl
Cellulose sebagai Edible
Coating dan
Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Wortel Kering
Instan. Jurnal Pangan dan
Agroindustri, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya
Vol. 3: 1192-1202
Nurlaely, E. 2002. Pemanfaatan Buah Jambu Mete untuk
Pembuatan Leather. Fakultas
Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang.
Pinheiro-Santana, H., P.
Stringheta, S. Brandao, H. Paez, dan V.M.V. de Queiroz. 2005.
Evaluation of Total Carotenoids, α- and β-carotene
in Carrots (Daucuscarota L.)
during Home Processing. http:// biblioteca.universia.net/html_bura/ficha/params/id/5
10889.html.
Diakses tanggal 01 Mei 2016.
Puspasari,
D.P.W. 2009 Pengaruh Penutupan Dan Suhu Pada Proses Perebusan
Terhadap
Karakteristik Sirup Wortel (Daucus carota L.)Fakultas
Teknologi
Pertanian,
Universitas Udayana. Vol 15(1): 25-29
Rozana.
2013. Kesesuaian Galaktomanan Sebagai Edible
Coating untuk buah tropis.
Makalah
Review Jurnal ITB.
Bogor
Santosa,
B.A.S., Narta dan D.S. Damardjati. 1998. Pembuatan
Brondong dari Berbagai
Beras. Agritech.
Majalah Ilmu Dan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gajah Mada.
Santoso, Joko., Yoshie, Yumiko
dan Suzuki, Takeshi. 2004. Komposisi
Mineral, Asam
Lemak dan Seratpada Beberapa Jenis
Rumput Laut Indonesia. Jurnal Ilmu-Ilmu
Perairan Dan
Perikanan Indonesia. ISSN 0854-3194. Jilid 11, Nomor 1. Halaman 45 – 51
Satriyanto,
B.,Widjanarko, S.B. dan Yunianta. 2012. Stabilitas
Warna Ekstrak Buah
Merah (Pandanus
Conoideus) Terhadap Pemanasan Sebagai Sumber Potensial
Pigmen Alami.Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13(3): 157-168 (Des. 2012)
Satuhu, S. 1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sidi, N.C., Esti Widowati, Asri
Nursiwi. 2014.Pengaruh Penambahan Karagenan pada
Karakteristik
Fisikokimia dan Sensoris Fruit Leather Nanas (Ananas Comosus L.
Merr.) dan
Wortel (Daucus Carota). Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (4)
Singal, Christiana. 2012. “PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) PADA PEMBUATAN
SOSIS IKAN GABUS (Ophiocephalus striatus)”. Jurnal Teknologi Pertanian
Universitas Hasanudin. Teknologi Pertanian Universitas Hasanudin. Vol. 3 No. 4.
Halaman 4-6
Sudarmaji, S., Bambang, H dan Suhardi.
1997. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian.
Lyberty.
Yogyakarta.
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Tri, Pitro Anggara. 2015.”PENGARUH
EDIBLE COATING SEBAGAI BARRIER OKSIGEN PADA PEMBUATAN WORTEL
INSTAN”. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4. Halaman 5-6
United
State Department of Agriculture. 2004. Nutrition
Database Carrot Raw, USDA
National Nutrient
Database for Standard Reference.
www.nal.usda/fnic/foodcomp/cgi-bin/list_nut_edit.pl
(May, 2016)
Verawaty. 2008. Pemetaan Tekstur dan Karakteristik Gel
Hasil Kombinasi Karagenan
Winarno, F.G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia,
Jakarta.
Winarno, FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia.
Jakarta.
Wirakartakusuma,
K. Abdullah, dan A. Syarif. Sifat-sifat Pangan. Departemen Pendidikan
dan
Kebudayaan. Dalam:Iswari, Kasma. 2007. Kajian
Pengolahan Bubuk Instan
Wortel Dengan
Metode Foam Mat Drying.
Balai Pengkajian Tekhnologi pertanian
Sumatera Barat. Buletin
Tekhnologi Pascapanen Pertanian Vol. 3. Sumater